TANAH AIR INDONESIA as Indonesian Blogger - http://indonesia.go.id
SELAMAT DATANG DI BLOG FORUM KOMUNITAS TEATER SRENGENGE - SMK NEGERI 1 PASURUAN

Sabtu, 04 Desember 2010

Teater Untuk Siapa ?


Teater Kecil TIM -- Betulkah ‘penonton’ sudah menjadi barang langka bagi dunia pertunjukan macam teater? Pertanyaan itulah yang hendak dijawab para seniman teater saat menghadiri ‘Sarasehan Teater Jakarta yang digelar Dewan Kesenian Jakarta’, Senin, 29 Desember di Teater kecil Taman Ismail Marzuki, TIM.

Pengurus Teater Koma, Ratna Riantiarno, aktor senior Dorman Borisman hanya beberapa nama dari sekitar 30 seniman teater se-Jakarta yang ikut hadir dalam sarasehan itu. Seakan hendak mengupas permasalah teater secara utuh, acara itu juga mengundang sejumlah seniman teater daerah, kalangan pers hingga pengelola gedung pertunjukan seperti Marusya Nainggolan (Direktur Gedung Kesenian Jakarta) dan Anto Suhartono (Pengurus PKJ-Taman Ismail Marzuki).

Menurut Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, Arswendi Nasution mereka semua diundang agar bisa memberi perspektif yang utuh mengenai permasalahan yang dihadapi dunia teater dewasa ini.

‘Pertanyaan yang selama ini menggantung adalah, apakah penonton yang meninggalkan teater, atau teater yang meninggalkan penonton’, kata Wendi.

Faktanya, minat masyarakat terhadap seni teater tak terlalu berkembang. Menurut pengurus Teater Koma, Ratna Riantiarno, rendahnya apresiasi dan minat masyarakat terhadap seni pertunjukan ini terlihat dari sepinya penonton dalam setiap pementasan.

‘Jangankan disuruh bayar, atau diskon hingga setengah harga tiket. Kita undang secara gratis saja banyak yang tidak datang’, ujarnya.

Miskin Kreatifitas

‘Saat ini, nyaris tak ada lagi seniman teater hebat macam Asrul Sani’, ujar Yudhi Sunarto, anggota Komite Teater DKJ.

‘Ia melahirkan naskah dari ribuan buku yang ia baca sebagai referensinya. Sekarang adakah diantara kita yang melakukan upaya serupa ?’, tanyanya kepada puluhan seniman yang hadir. Yang ditanya bergeming.

Yudhi menambahkan, selain pengalaman, buku-buku seharusnya menjadi referensi yang sangat baik untuk menghindari miskinnya ide dan kreasi dalam berteater. Itu juga sekaligus menjadi indikator kualitas karya yang dihasilkan oleh para seniman.

Sementara itu Arswendi berpendapat, minimnya apresiasi terhadap seni teater diduga lantaran cenderung kurang bisa menyerap atmosfer, kondisi dari lingkungan sekitarnya, masyarakat.

‘Rendra pernah membawa teater sangat dekat dengan publik dengan tema-tema yang sangat dekat dengan masyarakat.’ Ujarnya.

Wendi bertutur, ide Rendra mengangkat tema-tema krisis sosial dan represi semasa orde baru menggugah minat masyarakat untuk terlibat dalam teater. ‘Karena itu seni teater sempat mendapat tempat pada masa itu’, katanya mengenang.

Peran Dewan Kesenian Jakarta

Dalam situasi seperti ini, peran Dewan Kesenian Jakarta semestinya bisa lebih terasa dengan menjembatani jurang masalah tadi. Arswendi Nasution, Ketua Komite Teater mengatakan akan selalu berupaya memberi rangsangan terhadap pertumbuhan teater.

‘Festival Teater Jakarta (FTJ) salah satu upaya itu’, kata Wendi. Kedepan, katanya, FTJ akan terus meningkatkan mutu dan kualitas pertunjukannya sehingga bisa lebih berkembang dan diterima masyarakat luas. (Dimas Fuady/Eva Tobing - DKJ)

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

  • Jelajah Indonesia
  •